Selasa, 13 Maret 2018

Pengalaman periksa dalam (vaginal toucher)

Hai hai hai
Udah lama banget ga belajar nulis blog lagi, hehe maklum males nya lagi kumat.
Btw, kali ini saya mau bahas tentang Vaginal Toucher (Pemeriksaan Dalam), tapi kali ini saya tidak akan menyebutkan referensinya ya, sekedar berbagi pengalaman aja..

Pertama kali saya melakukan Vaginal Toucher adalah pada saat saya masih kuliah semester akhir, tapi saya lupa waktu itu dapet tempat praktik dimana. Sensasi apa yang saya rasakan? temen-temen yang masih calon bidan, atau baru lulus menjadi bidan mungkin bisa mendiskripsikan perasaan itu. Ya bingung, tidak tahu didalam meraba apa, dan yang paling serem adalah pas ditanya sama bidan senior atau pasien "Udah buka berapa?" .  Sumpah itu pertanyaan paling horor.

Langsung aja ya ke topik yang mau kita bahas
.
.
.
jeng jeng jeng
.
.
.

Sebelum membahas lebih jauh tentang cara pemeriksaannya, ada baiknya kita cermati dulu organ genetalia yang akan kita periksa yaa...

Langkah pertama adalah komunikasi dengan pasien. Hal ini hukumnya wajib mengingat pada waktu dilakukan pemeriksaan pasien pasti akan merasa tidak nyaman. Bentuk komunikasinya kira-kira mencakup hal berikut :

  • Meminta izin untuk dilakukan pemeriksaan dalam
  • Memberi tahu tujuan kita melakukan pemeriksaan dalam, dan apa yang harus dilakukan pasien (misalnya nafas panjang dan rileks)
Setelah komunikasi dengan pasien, kita posisikan pasien seperti gambar berikut
Bersihkan genetalia eksterna pasien karena biasanya banyak lendir, lendir darah, atau cairan ketuban disana (kita udah pakai handscoon loh ini). Kalau di teori kita harus menggunakan kapas DTT, tapi kalau saya sih fleksibel aja, kadang saya menggunakan kassa steril saat kapas DTT nya tidak ada (jangan dicontoh ya)


Setelah dibersihkan, tangan kiri membuka genetalia eksterna, kemudian jari tengah tangan kanan pelan-pelan masuk diikuti jari telunjuk.

Temen-temen bisa flashback lagi, kira-kira apa yang dirasakan temen-temen pada waktu jari tangan temen-temen sudah masuk di vagina, apakah sudah bisa menentukan bukaan berapa? sudah tahu mana porsio? selaput ketuban ? atau kepala bayi? kalau pas saya dulu sih saya belum bisa membedakan itu semua, rasanya sama aja waktu jari tangan kita masuk.

Kita bahas satu-satu ya..

  • Pada saat tangan kita masuk, nilai liang vagina, apakah ada benjolan atau tidak.
  • Lanjut kita ke porsio. Pada primigravida, sebelum terjadi dilatasi atau pembukaan, portio akan menipis (efficement) terlebih dahalu. Namun, pada multigravida proses dilatasi dan efficement terjadi bersamaan.



Nah.. ini yang menurut saya sulit. Kita harus bisa membedakan pembukaan 1 sampai 10. Konsistensi portio nya tebal atau tipis, lunak atau kaku. Untuk menemukan portio, teman-teman susuri liang vagina sampai mentok, nah bagian yang mentok itu (akan teraba tebal/tipis, lunak/kaku) yang dinamakan portio. Temen-temen harus pelan-pelan dan fokus saat melakukan pemeriksaan, nanti lama-lama kita akan mahir dengan sendirinya.

Kalau saya, membedakan pembukaan 1-10 seperti ini :
Saya mengasumsikan 1 jari saya lebarnya 1 cm lebih sedikit (setiap orang beda-beda, kalau mau lebih valid teman-teman bisa mengukur memakai penggaris)

Pembukaan 1 : 1 jari bisa masuk di portio (1 jari sempit)
Pembukaan 2 : 1 jari bisa masuk di portio (1 jari longgar)
Pembukaan 3 : 2 jari bisa masuk ke portio ( 2 jari sempit)
Pembukaan 4 : 2 jari bisa masuk ke portio (2 jari longgar)
Pembukaan 5 : Jarak portio yang sudah membuka, dan yang belum sama (bingung yaaa?
coba perhatikan portio/servik diatas, dan bayangkan proses pembukaan 5
Mulai pembukaan 6 keatas, saya tidak menghitung dari tengah (tidak menghitung dari bagian portio yang sudah membuka). Tetapi saya fokus merasakan lebar portio yang tersisa.
Pembukaan 6  : Portio yang tersisa kira-kira 2 ruas jari telunjuk saya
Pembukaan 7 : Portio yang tersisa kira-kira 1 1/2 ruas jari telunjuk saya
Pembukaan 8 : Portio yang tersisa kira-kira 1 ruas jari telunjuk saya
Pembukaan 9 : Portio yang tersisa kira-kira 1/2 ruas jari telunjuk saya
Pembukaan 10 : Portio sudah tidak teraba semua

Namun yang perlu diingat, pedoman diatas belum tentu bisa dipakai oleh orang lain.
  • Kemudian setelah menentukan pembukaan berapa dan konsistensi servik, kita akan memeriksa selaput ketubannya masih atau tidak. Bayangkan selaput ketuban itu seperti balon yang isinya ada airnya. Jika tidak teraba, kemungkinan ketubannya sudah pecah atau merembes (bisa di crosscheck dengan pasien). Jika pasien mengeluh ada air yang keluar dari vagina, jangan lupa kita periksa pakai kertas lakmus sekalian (Setelah pemeriksaan selesai, jika kertas lakmus menjadi warna biru/ungu berarti ketuban)

  • Setelah itu, pelan-pelan jari kita tekan kedalam selaput ketuban, untuk mengetahui presentasi janin. Lakukan pemeriksaan pada saat tidak kontraksi, karena pada saat his, selaput ketuban ikut menegang (jika dipaksakan selaput ketuban bisa pecah). Jika teraba keras, ada sutura : presentasi kepala. Jika teraba empuk, ada lobang (seperti anus), dan teraba sakrumnya (bagian yang keras di sekitar lubang yang teraba : presentasi bokong. Sebenarnya ada begitu banyak kelainan presentasi pada janin, namun untuk awal-awal kita bahas 2 presentasi itu saja ya.

  • Jika presentasi kepala, temukan UUK. Bentuknya seperti segitiga terbalik kecil. Sedangkan UUB ukurannya lebih besar dari pada UUK dan bentuknya bukan segitiga, lebih melebar.
Perhatikan arah jam UUK atau UUB untuk menentukan posisi janin. Letak UUK atau UUB menandakan proses putaran paksi janin yang menyesuaikan jalan lahir. Biasanya, pada saat proses pembukaan UUK akan teraba diantara jam 9-11 (untuk punggung kiri), dan jam 3-1 (untuk punggung kanan). Setelah putar paksi dalam, UUK akan teraba tepat jam 12.
  • Setelah itu kita menentukan penurunan kepala janin. Sebenarnya menurut teori, penurunan kepala itu sesuai dengan bidang hodge, masih ingatkan? coba gabungkan 2 gambar dibawah ini.


Sudah ada bayangan?
Belum?
Tenang...
Jadi pada saat jari kita masuk, lurus dibawah tulang simpisis, berarti penurunan Hodge 2. Jika lebih tinggi dari itu berarti hodge 1.
Jika lebih turun dari tulang simpisis (dibagian terluas panggul) berarti sudah hodge 3. Dan untuk hodge 4 adalah lebih turun lagi dibandingkan hodge 3, biasanya begitu  jari masuk, akan teraba kepala.
  • Setelah itu tangan kita pelan-pelan dikeluarkan, adakah lendir darah atau tidak.
Ini ada versi videonya, saya ambil di youtube biar lebih ada gambaran.


Gimana, temen-temen udah punya gambaran? yuuk diskusikan di kolom komentar jika ada yang mau bertanya, atau sekedar berbagi pengalaman temen-temen... saya tunggu yaaaaa...

Jadi jangan galau kalau belum bisa melakukan pemeriksaan dalam, semua itu butuh proses, dan tentunya kita juga butuh bimbingan dari bidan senior kita Oke Oke??!














Sabtu, 15 Agustus 2015

PELAYANAN ANTENANTAL TERPADU

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenantal selama kehamilan.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, bidan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari :
Timbang berat badan dan Tinggi Badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Tinggi badan diukur pada saat kunjungan pertama.
Waspadai kemungkinan adanya pangul sempit, terutama pada ibu yang pendek (TB < 145 cm).

Ukur lingkar lengan atas
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK).
Kurang energi kronis dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Cara mengukur LiLA :

  1. Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dengan ujung siku menggunakan metlin (meteran) atau pita LiLA
  2. Lingkarkan metlin pada titik tengah lengan kiri, baca angka pertemuan dengan angka nol

Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

Ukur tekanan darah 
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria).

Ukur tinggi fundus uteri
Pada kunjungan pertama, pengukuran TFU dicocokkan dengan perhitungan umur kehamilan dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Tidak semua ibu hamil ingat dengan HPHT nya, sehingga bidan harus jeli dalam menentukan perkiraan umur kehamilan menurut pembesaran uterus.

Pemeriksaan USG dapat lebih tepat memperkirakan usia kehamilan dan digunakan apabila HPHT tidak dapat dipastikan atau ukuran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.

Pembesaran uterus pada ibu hamil dapat terlihat pada gambar dibawah ini :


Posisi yang dianjurkan dalam melakukan pengukuran tinggi fundus uteri adalah supinasi dengan kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut diluruskan. 


Standar pengukuran menggunakan pita ukur setelah kehamilan 24 minggu.

Pita ukur  diletakkan dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas atas simpisis pubis hingga batas fundus (jangan terbalik dari fundus ke simpisis)


Tinggi fundus uteri yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan dengan rumus:
(Usia kehamilan dalam minggu + 2) cm

Sedangkan untuk memperkirakan / menafsirkan berat janin digunakan rumus :

TBJ  = TFU - (11 untuk kepala yang sudah masuk PAP atau 12 untuk kepala yang belum masuk PAP)


Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Pergerakan janin biasanya dirasakan ibu di usia kehamilan 16 minggu (multigravida)
atau 20 minggu (primigravida).

Denyut jantung janin dapat terdengar melalui doppler (12 minggu), fetoscope atau linec (18-20 minggu).

Lokasi untuk mendengar detak jantung janin tidak dapat dipastikan secara pasti.
Namun, biasanya  berada pada sekitar area punggung janin.
Bayangkan perut ibu terbagi menjadi 4 kuadran.

Misal:

  • Punggung janin berada di perut ibu sebelah kiri, maka lokasi DJJ berada di kuadran bawah sebelah kiri
  • Punggung janin berada di perut ibu sebelah kanan, maka lokasi DJJ berada di kuadran bawah sebelah kanan
Untuk presntasi bokong, DJJ berada di area punggung janin, namun terletak di kuadran atas.

Tentukan presentasi janin
Cara untuk menentukan presentasi janin adalah dengan manuver leopold 3. Sebelum membahas leopold 3, kita harus mengenal terlebih dahulu apa itu leopold.

Leopod adalah pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil yang sudah cukup bulan untuk membedakan bagian janin yang ada di uterus melalui palpasi.

Leopold I
Dilakukan untuk mengetahui bagian fundus uteri kepala atau bokong, dan untuk menentukan tinggi dasar rahim (menggunakan teknik palpasi bukan diukur menggunakan pita ukur).
Cara melakukan palpasi leopold 1 :

  • Bidan menghadap ke kepala ibu
  • Gunakan ujung jari kedua tangan untuk melakukan palpasi fundus uteri
  • Bila kepala bayi berada di bagian fundus, maka akan teraba keras, rata, bulat, melenting (mudah digerakkan/digoyangkan)
  • Bila bokong bayi  berada dibagian fundus, yang akan teraba adalah lembut, tidak beraturan/tidak rata, melingkar, dan sulit digerakkan.





Leopold 2
Dilakukan untuk mengetahui letak punggung janin berada disebelah kanan atau kiri perut ibu pada letak kepala atau bokong.

Cara melakukan leopold 2 :

  • Bidan menghadap ke kepala ibu
  • Letakkan tangan pada pada kedua sisi abdomen.
  • Pertahankan uterus dengan tangan yang satu, dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung janin
  • Bagian punggung teraba jelas, rata, cembung, kaku, tidak dapat digerakkan
  • Bagian kecil janin (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk atau posisi tidak jelas, dan menonjol dapat bergerak aktif ataupun pasif  
Leopold 3
Dilakukan untuk mengetahui bagian apa yang menjadi presentasi atau bagian terbawah janin.

Cara melakukan leopold 3 :


  • Bidan menghadap ke kepala ibu
  • Letakkan tiga ujung jari tangan pada abdomen tepat diatas simpisis. Minta ibu untuk nafas dalam dan menghembuskan nafas. Pada saat ibu menghembuskan nafas, tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam.
  • Bagian kepala akan teraba keras, rata, mudah digerakkan / melenting untuk kepala yang belum masuk panggul, dan tidak melenting untuk kepala yang sudah masuk panggul
  • Bagian bokong akan teraba lembut, tidak rata, dan tidak melenting


Leopold 4 
Dilakukan untuk mengetahui bagian terbawah janin sudah masuk panggul atau belum.

Cara melakukan leopold 4 :


  • Bidan menghadap ke kaki ibu
  • Secara perlahan gerakkan kedua telapak tangan kearah bawah / panggul ibu
  • Jika kedua tangan bertemu (konvergen), maka kepala belum masuk panggul
  • Jika kedua tangan tidak bertemu (divergen), maka kepala sudah masuk panggul


Beri imunisasi Tetanus Toksoid
Beri ibu vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai dengan status imunisasinya.
Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus didahului dengan skrining untuk mengetahui status imunisasi TT yang telah diperoleh selama hidupnya.

Pemberian imunisasi TT tidak memiliki interval (selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval minimal antar dosis TT.


Pemberian imunisasi TT tidak perlu diberikan, apabila pemberian imunisasi sudah lengkap (TT 5) yang harus dibuktikan dengan kohort, rekam medis, dan atau buku KIA.

Setiap instansi kesehatan memiliki patokan sendiri-sendiri untuk menentukan status imunisasi ibu,
sebagai gambaran adalah puskesmas tempat saya magang adalah sebagai berikut

Selalu tanyakan:

  1. Apakah dulu waktu bayi dan balita ibu diimunisasi oleh orangtuanya?
  2. Apakah dulu waktu SD ibu diimunisasi?
  3. Apakah dulu waktu mau menikah, ibu diimunisasi terlebih dahulu?
Jika :

Jawaban nomor 1 ya, tapi ibu tidak bisa menunjukkan catatan bukti imunisasi ketika balita, berarti ibu dianggap belum imunisasi, karena tingkat kevalidan ingatan ibu sewaktu bayi tidak bisa dijadikan patokan

Jawaban nomor 2 ya, dan ibu tidak bisa menunjukkan catatan bukti imunisasi, maka status TT ibu adalah TT 1. 

Jawaban nomor 3 ya, maka status TT ibu adalah TT 2.


Beri tablet tambah darah (zat besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
Namun biasanya pada saat kontak pertama, tepatnya di trimester 1, ibu akan mengalami ketidaknyamanan berupa mual muntah. Efek samping yang umum dari zat besi adalah gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare, konstipasi)
Untuk menyiasatinya, berikan tablet tambah darah segera setelah mual/muntah berkurang, dan diminum pada waktu sebelum tidur malam.
Tablet tambah darah sebaiknya tidak diminum bersama dengan teh atau kopi karena bisa mengganggu penyerapan obat.


Periksa laboraturium (rutin dan khusus)
1. Rutin

    - Golongan darah
       Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu        
       melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila
       terjadi situasi kegawatdaruratan.

    - Hb
      Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan
      sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita    
      anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
      kembang janin dalam kandungan.


2. Khusus, jika ada indikasi

    - Protein urin
      Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.
      Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan  
      salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

    - HIV (VCT)
      Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai
      menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk
      menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.

    - Kadar gula dalam darah
      Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama
      kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada
      trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).

    - Malaria
      Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining      
      pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria
      apabila ada indikasi.

    - Sifilis
      Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis.
      Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

    - BTA
      Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigaimenderita Tuberkulosis sebagai pencegahan  
      agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas,  
     apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.


Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa banding, sedangkan bidan dituntut dapat mengenali keadaan normal dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.

KIE Efektif

  1. Kesehatan ibu, setiap ibu dianjurkan untuk memeriksakan kehamilan secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil untuk cukup istirahat.
  2. PHBS
  3. Peran suami / keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan. Suami keluarga atau masyarakat perlu  menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan, dan calon pendonor darah.
  4. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi
  5. Asupan gizi seimbang
  6. Gejala penyakit menular dan tidak menular
  7. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah risiko tinggi
  8. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif
  9. KB pasca persalinan
  10. Imunisasi TT
  11. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster). Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

INGAT!
Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta
Permenkes Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Mufdlilah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta : Mitra Cendikia



Rabu, 12 Agustus 2015

PELATIHAN DOKTER KECIL Bagi anda yang berencana mengadakan penyuluhan dokter kecil dan sedang bingung mencari referensi atau bahan, Mungkin saya bisa membantu walaupun hanya sedikit. Semoga bermanfaat.